Buku berwarna kover gelap yang ukuran dan tebalnya tidak lebih besar dari roti tawar makanan sehari-hari anak saya ini ternyata cukup mantap. Dengan bahasa yang alakadarnya khas PYTM, dia berkisah tentang sejumput perjalanan hidupnya.

Kisah tentang penghargaannya terhadap nyawa dua ekor kelinci, menggambarkan penghargaannya yang sangat terhadap darah dan nyawa makhluk hidup apalagi nyawa saudaranya sesama muslim.

Menyusul kisah-kisah menarik seputar solidaritas dan kepeduliannya terhadap rekan-rekan, orang-orang yang dia kenal, bahkan sesama. PYTM pun dalam buku ini secara apik dan menggelitik melakukan penggalian ibrah (hikmah) dibalik musibah yang dia hadapi, nyaris sempurna termasuk dalam menata keyakinannya terhadap Janji RabbNya.

Di bab selanjutnya, PYTM pun berkisah tentang perjalanannya ke beberapa tempat, berbincang dengan berbagai jenis manusia dari latar belakang yang berbeda. Dan sekali lagi, PYTM pun sukses menjungkarbalikkan kemapanan berpikir mereka.  Sentilan-sentilannya dalam kritik pun simple, nyentrik, logis dan pure abis. Sedikit kepalsuan sejarah yang membalut negeri ini dia kupas dengan jenaka. Saya pun manggut-manggut,

 

Ya memang, jika bukan bendera syahadat, bendera apa yang Diponegoro bawa dalam berjuang. Merah putih kah? Oh tidak! Apalagi bendera wadam semesta, SALAH!”

Jika dibilang buku ini adalah buku serius yang dibungkus dalam bahasa proletar, memang ada betulnya. Tapi kalau definisinya stag disitu, siap-siaplah anda kecewa. Karena faktanya PYTM pun membungkus cerita-ceritanya dalam balutan obrolan cincaw ala senda gurau di warung kopi, bahkan ada kisahnya saat mengisengi seorang temannya. Tapi tetap, ada nilai yang yang dia bangun di sana. Nilai kesejatiannya, dengan PYTM apa adanya.

Kisah di bab terakhir ini puncaknya. Seorang sahabat, dimanapun ia berada, dalam suka atau pun duka, dalam canda tawa atau merana, dalam tugas dinas keliling kota atau diklat di pesantren. Jabat hangat itu tetap terjalin, rekat, bahkan kian erat..

Begundal Militia, walau tidak 100% kongkrit, tapi setidaknya cukup menggambarkan sosok wadam seorang PYTM. Cool, unik, menarik, tapi juga bisa galak kaya bencong ngamen. PYTM pun bisa bilang;who am i? I’am Begundal Militia (meniru ending quotesnya film Spiderman) karena walau tanpa dia berkata, saya yakin dia memahami, “Great Power, Come Great Responsibility

Selamat membaca buku ini, semoga syahwat anda terdongkrak. Tapi hati-hati ejakulasi dini. Great job PYTM…mmmuuacchh..